SAYEMBARA SANG RAJA BIJAK


Dahulu kala disebuah kerajaan besar sehingga rakyat begitu makmur. Namun sayang, Sang Raja yang dikenal dengan kebijaksanaannya ini bermaksud untuk lengser keprabon. Beliau merasa usianya sudah uzur dan sudah saatnya mulai berpikir tentang akhirat.
Sang Raja hanya memiki seorang putri, sehingga berharap mempunyai seorang menantu yang cakap untuk mengatur kerajaannya. Sang raja bermaksud akan memberikan tahta kerajaan kepada salah sorang rakyatnya yang cakap, mampu dan mumpuni. Sehingga Sang Raja mengumpulkan para bawahannya dan bermaksud mengadakan sayembara.
“Wahai para abdiku, sebarkanlah pernyaanku ini… barang siapa yang bisa menjawab empat pertanyaanku maka ia berhak menjadi raja menggantikanku, berhak menikahi putriku dan seluruh harta kerajaan menjadi miliknya.
“Apa pertanyaannya itu wzhai Sang Raja?!” tanya Perdana Mentri Kerajaan.
“Pertanyaan pertama adalah Apa yang paling benar dan dibenarkan oleh semua orang? Pertanyaan keduaApa yang paling menipu di antara yang paling menipu? Pertanyaan ketiga Apa yang paling menguntungkan diantara yang paling beruntung?  Pertanyaanke empat Apa yang paling berharga di antara yang paling berharga?
“Batas waktu sayembara ini hanya satu bulan !” ujar Sang Raja melanjutkan titahnya.
Sayembara segera tersebar ke seluruh pelosok kerajaan. Kerajaan itu menjadi gempar, seluruh rakyatnya ingin jadi raja.
Syahdan, disebuah desa ada seorang pemuda putera pedagang kaya raya mendengar kabar tersebut.
“Ayahanda izinkan aku untuk mengikuti sayembara ini… Tapi kemana aku harus meminta bantuan?” ucap Si Pemuda kepada Ayahnya.
“Anakku, menurut kabar, ada disebuh kampung diatas gunung ini seorang yang pintar dalam menjawab berbagai pertanyaan. Aku yakin bisa menjawab sayembara pertanyaan Sang Raja” jawab Ayanya
Singkat cerita. pemuda tadi bergegas  datang ke tempat “orang pintar “ tersebut yang ternyata seorang Alim Ulama. Alim Ulama ini berjenggot yang sudah memutih, mengenakan pakaian serba putih, bersorban putih, ke mana-mana membawa tongkat. Alimn Ulama ini dikenal dengan sebutan Kyai.
Pemuda tadi menyampaikan maksudnya kepada Kyai tadi bahwa ia ingin memenangkan sayembara dengan menjawab pertanyaan raja agar ia bisa jadi raja. Kyai hanya tersenyum simpul, terus ia berkata :”baiklah.. keinginanmu akan saya penuhi tapi syaratnya engkau harus ikut aku 3 hari. Tanpa fikir panjang, pemuda itu mengiyakan ajakan Kyai. Ia diajak pergi ke sebuah mesjid, dikenalkan amalan mesjid Nabi Muhammad SAW sewaktu beliau SAW berada di Madinah. Kyai dan pemuda tersebut itiqaf slama 3 hari.
Singkat cerita 3 hari telah selesai. Si Pemuda menagih janji sang Kyai untuk jawaban pertanyaan pertama :”Apa yang paling benar dan dibenarkan oleh semua orang, kyai?”
Kyai menjawab, “kematian anakku…”
Pemuda segera bergegas menemui Sang Raja dan menyampaikan jawabannya.
Raja menjawab : “jawabanmu benar !“
Pemuda tadi dengan suka cita segera pergi menemui Kyai dan mengucapkan terima kasih sambil menyerahkan berbagai hadiah dan sekarung uang, spontan Kyai menolaknya. “Aku tidak membutuhkannya !, ucap Kyai.
Pemuda tadi bertanya lagi, bagaimana Kyai mengenai pertanyaan yang kedua : “Apa yang paling menipu di antara yang paling menipu?”
Sang Kyai menjawab, “jika engkau ingin tahu jawabannya syaratnya ikut aku kau harus mengikutiku selama40 hari ! Apakah kau sanggup?
Pemuda itu bingung karena batas waktu sayembara itu hanya sebulan. Si Pemuda berkata,” apakah tidak ada cara lain, Kyai?”
“Terserah padamu, syaratnya hanya itu saja…” jawab Kyai.
“Baiklah, kalau begitu aku kan menemui Sang Raja dahulu …” ujar Si Pemuda.
Singkat cerita, Si pemuda bertemu kembali dengan Sang Raja.
“Adakah di antara rakyatmu selain saya ada yang sudah bisa menjawab pertanyaan engkau ?”
Raja menjawab, “belum, baru engkau saja yang mampu menjawab pertanyaan saya dengan benar !”
Segera pemuda tadi beranjak meninggalkan raja dan pergi menemui Kyai. Akhirnya pemuda tadi memutuskan mengikuti kyai itu selama 40 hari. Kyai sangat senang dengan  kesediaan pemuda tadi mengikuti ajakannya.
Selama 40 hari bersama Kyai, banyak pelajaran, ilmu dan pengalaman yang didapatkan oleh pemuda tadi. Waktu selama 40 hari benar-benar dimanfaatkan oleh pemuda itu untuk belajar agama dan belajar kerja kenabian. Perubahanpun sedikit demi sedikit mulai tampak pada diri pemuda itu. Penampilannya sudah mulai berubah, ada sedikit jenggot yang dibiarkannya tumbuh. Bacaan Al Qur’an-nya pun sudah lumayan, fikir dan risau ummat mulai tertanam, visi dan misi hidup untuk kehidupan akhirat mulai terbentuk. Akhirnya di akhir program 40 hari tersebut Kyai berkata kepada si Pemuda tadi, ”Anakku …karena engkau dengan sungguh-sunguh telah mengikuti program 40 hari ini, saya akan menjawab pertanyan sayembara raja yang kedua. Bolehkan kau mengulang lagi pertanyaan sang Raja?”’
“Terimakasih Kyai, pertanyaannya Apa yang paling menipu di antara yang menipu?” ujar Si pemuda
“Oh… jawabannya adalah dunia!” ujar kyai. “Engkau bisa temukan ini di dalam Al Qur’an. Dunia itu menipu kita, segala yang kita usahakan siang malam bahkan sampai lupa waktu (harta, pangkat, jabatan, isteri) pada akhirnya akan kita tinggalkan saat kematian kita datang. Harta yang kita pakai di alam kubur hanyalah selembar kain kafan. Kenapa dunia rajanya penipu ? Jika ada orang menipu kita maka pada kesempatan kedua kita tidak akan tertipu oleh orang yang sama, tapi dunia ini telah menipu dan menghancurkan manusia terdahulu dan kita hari ini. Kita terus sibuk dengan urusan dunia sampai lupa akhirat, padahal Allh SWT yang menciptakan kita dan dunia ini mengatakan jangan terperdaya oleh dunia, dunia main-main, dunia kesenangan semu ! Tapi kita tetap tertipu, entah untuk yang keberapa kalinya kita ditipu olehnya!” lanjutnya.
Dengan seksama pemuda tadi mendengarkan uraian Kyai. Setelah mendapatkan jawaban kedua pertanyaan sayembara raja, dengan hati berdebar-debar pemuda tadi mendatangi raja. Ia merasa khawatir ada orang yang mendahuluinya menjawab semua pertanyaan raja sehingga ambisinya untuk jadi raja kandas.
Namun, Sang Raja menerapkan kebijaksanaan memperpanjang waktu sayembara sampai ada orang yang bisa menjawab seluruh pertanyaannya karena sampai batas waktu 45 hari belum ada satu pun rakyatnya yang mampu menjawab pertanyaannya selain pemuda itu. Si Pemuda sangat gembira dan sesampainya di depan raja ia menyampaikan jawabannya dan ternyata jawaban ini pun benar. Lalu
“Lalu, apa jawaban dari pertanyaan ketiga ku” tanya Sang Raja.
“Aku memohon untuk undur diri dahulu sembari berpikir untuk menjawab pertanyaan ketiga…” pinta Si Pemuda.
Maka Sang Raja pun mengabulkannya, Si Pemuda itupun kembali menemui Kyai yang sekarang diyakininnya memang “orang pintar”. Maka saat pemuda mendatanginya, Kyai itu langsung menyapanya, “engkau datang lagi kemari ingin mengetahui jawaban yang ketiga, kan ?”
“Benar Kyai, saya sangat penasaran!” ujarnya
”Baiklah, syaratnya mudah, engkau harus ikut aku selama 4 bulan!”
Tanpa pikir panjang Si Pemuda menyanggupinya. Selama 4 bula Kyai mengajak si Pemuda melakukan perjalanan da’wah 4 bulan semakin menempa kerohanian si pemuda itu. Di samping ilmu agamanya kian bertambah, sifat-sifat baik dari dalam dirinya mulai tumbuh subur laksana bunga-bunga ditaman. Selama 4 bulan, panca indrenanya terjaga dari melakukan maksiat dan dosa.
Pada akhirnya, perjalanan spiritual selama 4 bulan telah selesai. Kyai menyampaikan jawaban ketiga sekaligus jawaban keempat dari pertanyaan raja sebagai bonus untuk pemuda itu.
”Tahukan anakku pertanyaan dari Apa yang menguntungkan di antara yang paling menguntungkan?”, tanya sang Kyai.
“Tidak kyai…”jawab Si Pemuda
“Jawabannya adalah Da’wah!” ujar Kyai. “Itu tercantum dalam firman Allah Q.S Ali Imran ayat 104, dan jawaban keempat pertanyaan Raja adalah Apa yang paling berharga di antara yang paling berharga ?Jawabannya adalahSurga! Itu tercantum Q.S At Taubah ayat 111…” ujar Kyai.
“Begitu berharganya surga, sampai Allah SWT telah membeli diri dan harta orang yang beriman digantikan-Nya dengan surga. Di surga ada bidadari yang jika menetes air liurnya ke lautan di dunia ini, maka seluruh lautan di dunia akan menjadi manis…” tutur Sang Kyai.
Setelah mendengarkan penuturan itu, Kyai bertanya kepada si Pemuda, ““Nah….sekarang masihkah engkau menjadi Raja?”
Dengan uraian air mata dan kata-kata yang mantap pemuda menjawab ”Tidak mau, kyai… Sesungguhnya dengan perjalanan selama 4 bulan ini memberikan pemahaman banyak tentang kenapa saya berada di dunia.Saya tidak mau menjadi raja, saya mau menjadi Dai.
Kyai berucap lirih, ”alhamdulillah ! .

Tidak ada komentar: